
Andhicha Rachmansyah ⋅ 02 Jan 2017 22:40:42
Suara riuh rendah terdengar dari jauh dan dekat, bincang-bincang antar manusia di setiap sudut. Bau-bau kopi tercium mesra dipenuhi sesak oleh para lelaki paruh baya. Mereka seakan melepas penat seharian dengan secangkir kopi. Saya sungguh takjub dengan kopi dan gelasnya yang begitu kecil. Ia mampu membius pengunjung kedai kopi duduk hingga punggung kebas.Kopi tercipta sebagai alat komunikasi politik yang mengemuka. Ngopi yok? Kata-kata itu seakan membius untuk segara duduk di kedai kopi. Mengisi bangku-bangku dan mengisi perut dengan sejumlah panganan menggugah selera. Walaupun penuh kesederhanaan, kedai kopi memberikan ketenangan sejenak sembari menarik napas.Letaknya yang strategis semakin memudahkan langkah kaki bergerak. Saya merasa kedai kopi klasik punya sesuatu yang berbeda yang ditawarkan. Duduk di kursi malas membuat tubuh dan tulang belakang merenggang senang. Letaknya yang di sudut jendela makin begitu syahdu, hembusan angin serasa menghilangkan gerah.
Continue Readingeng.coffeeone.co ⋅ 18 Jun 2017
www.iqbalsweden.com ⋅ 25 Dec 2016
www.tanahnusantara.com ⋅ 06 Apr 2018
wowmenariknya.com ⋅ 07 Apr 2018
www.lupadaratan.com ⋅ 25 Oct 2016
www.ardiankusuma.com ⋅ 25 Jul 2016
restolautjawa.blogspot.com ⋅ 13 Jun 2017
www.yoechua.com ⋅ 01 Feb 2016
www.erianggorokasih.com ⋅ 05 Apr 2018
trenlagi.blogspot.co.id ⋅ 07 Apr 2018
www.ardiankusuma.com ⋅ 14 Jul 2016
viva.co.id ⋅ 20 Dec 2020
majalahkopi.blogspot.com ⋅ 17 May 2017
Catatan Kecilku ⋅ 13 Mar 2016